Kapal Selam Yang Akan Dibeli Indonesia Berasal Dari ... Berikut ini saya mencoba mereview semua berita tentang kapal selam yang akan dibeli Indonesia. Tulisan ini hanya untuk menyegarkan ingatan kita semua akan kapal selam itu. Ada benang merah yang cukup jelas jika kita ikuti berita tentang kapal selam yang akan dipilih Indonesia nantinya. Majalah Tempo pada 6 Oktober 2008 mewawancarai KSAL (saat itu) Tedjo Edhy Purdijatno. Berikut ini petikannya: Bagaimana pengadaan dua kapal selam kelas Kilo dari Rusia? Dulu kita menginginkan kapal selam kelas Kilo, lalu berkembang akan mengambil dari Korea. Sekarang saya tidak menunjuk satu negara atau produk saja. Tim yang membuat persyaratannya yang akan memilih mana yang terbaik. Kalau membeli senjata tapi tidak ada dampak apa-apa, tidak ada artinya. Kita bisa lihat Malaysia, Singapura, dan Australia, yang sudah punya kapal selam. Malaysia punya jenis Scorpene. India juga punya kapal selam, bahkan sudah membuat sendiri. Operasionalisasi kapal selam bukan dilihat kuantitasnya, tapi kualitasnya. Kapal selam akan bergerak mandiri. Tidak ada artinya kalau kapal selam yang kita dapat kualitasnya lebih rendah dari mereka. Alat kita minimal sama, atau justru lebih hebat. Sama seperti kalau ada orang lain masuk halaman kita sambil membawa herder. Minimal kita harus punya herder, rottweiler, atau buldog. Kita tidak bisa membeli anjing kampung untuk melawan. Sumber Pada 5 Januari 2009 diberitakan bahwa Tim kajian Mabes TNI AL telah menyusun spesifikasi teknik sejumlah peralatan persenjataan yang akan diajukan dengan sisa anggaran KE 2005-2009, yakni tank amfibi BMP-3F, kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) dan satu unit kapal selam. Pilihannya adalah Jerman (U-209), Korea Selatan (Changbogo), Rusia (Kelas Kilo), dan Perancis (Scorpene) Sumber Pada 20 Maret 2009, KSAL Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan saat ini tinggal tiga negara produsen yang dinyatakan memenuhi syarat mengikuti tender pengadaan kapal selam, yakni Italia, Belanda, dan Rusia. Sumber Kita bisa melihat bahwa bulan Maret muncul 2 negara baru yaitu Italia dan Belanda sebagai peserta pengadaan kapal selam TNI AL. Pada 10 Agustus 2009 Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan, dari empat negara yang mengajukan proposal pengadaan kapal selam baru bagi TNI Angkatan Laut, kini tinggal dua negara. "Dua negara itu adalah Korea Selatan dan Rusia. Ini yang sedang digodok segala kemungkinannya oleh Departemen Pertahanan untuk kemudian ditentukan negara mana yang akan dipilih," katanya. Sumber Berita bulan Agustus semakin membingungkan karena KSAL mengatakan dari 4 negara tinggal 2 negara yang layak ikut tender selanjutnya. Untuk level KSAL tentu beliau akan hati-hati dalam memberikan statemen ke public kecuali ada maksud tertentu. Tetapi KSAL tetap memberikan petunjuk keepada kita tentang kualitas kapal selam yang akan dipesan Indonesia harus memiliki kapal selam yang spesifikasi teknik dan operasionalnya minimal sama dengan kapal selam negara tetangga. Jadi, kata dia, Indonesia tidak dipandang remeh oleh negara lain. "Kapal selam itu tidak semata untuk bertempur, tetapi juga harus bisa memberikan efek daya tangkal," ujar lulusan Akademi Angkatan Laut 1975 itu. "Tapi ya itu, kapal selamnya kalau hanya `ecek-ecek` karena anggaran terbatas, ya lebih baik anggarannya untuk beli beras, masih banyak rakyat yang butuh pangan," ucap KSAL. Sumber Pada 31 Agustus 2009, Kadispen TNI AL (waktu itu) Laksamana Pertama Iskandar Sitompul mengatakan, "Kita harus punya kapal selam yang punya deterrent effect (efek tangkis). Jika mereka tahu kita punya, itu sudah membuat mereka takut," Menurut Iskandar, kapal selam yang dimiliki Malaysia bisa disaingi kapal selam buatan Rusia kelas kilo dimodifikasi project 636 (improve kilo). Sedangkan kapasitas kapal selam buatan Korsel tidak berbeda jauh dengan yang dimiliki Indonesia sekarang, yakni tipe U-209. "Kapal selam buatan Rusia itu bisa menembak dari bawah laut ke darat," katanya. Menurut Iskandar, rencana pembelian itu bisa memancing perlombaan senjata. Namun, jika memang ingin membangun kekuatan militer, tentu TNI-AL bersaing dalam kualitas. "Jika ingin membangun kekuatan tentara, ya mesti ada persaingan persenjataan," ucapnya. Sumber Hal ini semakin jelas pada waktu inspeksi laut KSAL pada 12 November 2009. KSAL yang lama menyebutkan PR buat KSAL yang baru Pembelian dua kapal selam senilai 700 juta dollar AS menjadi pekerjaan rumah bagi Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) baru, Laksamana Madya Agus Suhartono. Saat ini proses pembelian kapal selam dari Perancis dan Inggris masih ditangani Departemen Pertahanan, meskipun sudah memasuki tahap akhir. "Saya berharap proses pembelian kapal selam tuntas di tangan Agus. Hal ini sangat dibutuhkan TNI AL guna memperkuat peralatan perang agar disegani negara lain," tutur mantan KSAL Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno, seusai inspeksi laut di Komando Armada Kawasan Timur, Dermaga Ujung Surabaya, Sumber Kapal selam yang sedang memasuki tahap akhir penilaian adalah dari Prancis dan Inggris. Mengingat bahwa kapal selam dari Perancis yang dimiliki Malaysia sangatlah parah kondisinya (susah menyelam) dan sesuai pendapat TNI AL bahwa yang dibeli adalah harus yang berkualitas maka bisa dipastikan kalau kapal selam yang akan dibeli kelasnya jauh di atas Scorpne. Pada 15 April 2010, staf ahli Menhan Bidang Industri Teknologi Prof Dr Ir Edi Siradj M. Eng mengatakan : "Misalnya, pembelian dua kapal selam dari Prancis itu, maka satu kapal dibuat di Prancis dan satu lagi dibuat di Indonesia," katanya setelah berbicara dalam seminar nasional kemaritiman di rektorat ITS Surabaya, Kamis. Menurut guru besar thermo mechanical process itu, pesanan yang dibuat di Indonesia itu harus dilakukan orang Indonesia dengan supervisi ahli dari Prancis, sehingga akan terjadi alih teknologi. Sumber Kata ”misalnya” digunakan karena belum ada tanda tangan kontrak resmi meski pilihan sudah jatuh ke Perancis. Perubahan spesifikasi kapal selam yang cukup signifikan adalah adanya pernyataan KSAL mengenai tender ulang pengadaan kapal selam pada 24 April 2010 TNI Angkatan Laut menender ulang pengadaan dua kapal baru dan prosesnya sekarang sudah dimulai dengan sejumlah perusahaan telah mengajukan penawaran. "Ya sudah dimulai, dan pesertanya bisa dari pemain-pemain lama atau baru. Kami tidak tahu, yang jelas kami lakukan tender ulang karena kapal selam ini memang sangat kami butuhkan," katanya, usai menghadiri Forum Strategi TNI Angkatan Laut 2010. Pengadaan dua unit kapal selam itu dibiayai fasilitas Kredit Ekspor (KE) senilai 700 juta dollar Amerika Serikat, yang diperoleh dari fasilitas pinjaman luar negeri di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2004-2009. "Kami sudah tentukan spesifikasi teknisnya, serta kemampuan dan efek penggentar yang lebih dari yang dimiliki negara tetangga, kata Kasal. Sumber Pada 7 Juli 2010, Kadispen TNI AL menegaskan bahwa: Pengadaan dua unit kapal selam itu dibiayai fasilitas Kredit Ekspor (KE) senilai 700 juta dolar Amerika Serikat yang diperoleh dari fasilitas pinjaman luar negeri di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2004-2009. "Kami sudah tentukan spesifikasi teknisnya, serta kemampuan dan efek penggentar yang lebih dari yang dimiliki negara tetangga," kata Herry. Sumber Intinya adalah kapal selam yang akan kita beli memiliki kemampuan melebihi milik negara tetangga. Dalam bahasa yang sederhana adalah kalau kapal selam negara tetangga bermesin diesel maka tentunya kapal selam kita tidak bermesin diesel. Selain itu Negara produsen kapal selam yang kita pilih adalah anggota NATO. Tidak bisa dipungkiri kalau sejak Orba politik kita condong ke barat meski sesuai Pembukaan UUD 45 politik kita adalah bebas aktif. Sebagai tambahan informasi, Pemerintah telah menarik pinjaman fasilitas kredit ekspor (FKE) sepanjang kuartal I 2010 mencapai US$ 3,180 miliar. Demikian dikatakan Direktur Pendayagunaan Pendanaan Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Benny Setiawan di Jakarta, akhir pekan lalu. Dijelaskan dia, pinjaman tersebut dialokasikan untuk 32 proyek, antara lain enam proyek oleh PLN dan 26 proyek berada di bawah wilayah Hankam. Adapun enam proyek yang dikerjakan PLN, sudah disalurkan ke badan usaha (Subsidiary Loan Arrangement/SLA), di antaranya untuk pembenahan proyek PLN Muara Karang dan Suralaya dengan total nilai US$ 322 juta. Sementara untuk sektor Hankam, pinjaman FKE dialokasikan bagi Mabes TNI, TNI AD, TNI AL, dan TNI AU dengan porsi yang berbeda. Sumber Jadi KE pada kuartal I untuk TNI dan sudah digunakan sebesar US$3,180 milyar – US$ 322 juta = US$ 2,858 milyar. Have a nice day…. | |
|
Senin, 12 Juli 2010
Kapal Selam Yang Akan Dibeli Indonesia Berasal Dari ...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar