Senin, 04 Oktober 2010

Sri Mulyani: I'll Be Back

Sri Mulyani: I'll Be Back

Ruang Diamond 3 di lantai dasar Hotel Nikko, Jakarta Pusat, Kamis (30/9) malam, penuh. Pengunjung bukan sembarang orang. Di sini hadir tokoh-tokoh pejuang demokrasi yang lantang mengkritik kesewenang-wenangan.

Lihat saja, di situ ada budayawan dan pendiri Majalah TEMPO Goenawan Mohamad, selain itu ada Rocky Gerung juga A. Rahman Tolleng, pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bakti, praktisi hukum Todung Mulya Lubis, mantan Pemimpin Redaksi SCTV Rosiana Silalahi yang adalah pendiri Rosi Inc.
Hadir pula Marsillam Simanjuntak yang adalah bekas Jaksa Agung dan Sekretaris Kabinet serta Menteri Kehakiman pada 2000-2001.
Di dinding sebelah kiri dalam ruangan itu terpampang sebuah gambar mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang kini berada di Amerika Serikat sebagai Managing Director World Bank (Bank Dunia). Di sebelahnya, dalam satu bingkai, ada tulisan besar www.srimulyani.net.
Sosok yang menjadi simbol situs yang didirikan Perhimpunan Pendidikan Demokrasi inilah yang meringankan langkah para tokoh prodemokrasi untuk hadir ke situ. Situs ini disebut adalah media untuk memajukan etika publik. Todung Mulya Lubus mengatakan, Sri Mulyani layak dijadikan ikon etika publik. "Dia tegas menolak kekuasaan, dan membela kepentingan publik dari rongrongan politik keruptif elite kekuasaan," katanya.
Ketika memimpin Departemen Keuangan, Sri Mulyani terkenal tegas tanpa pandang bulu. Dia menyingkirkan anak buahnya yang korup. Misalnya membersihkan Bea dan Cukai, memburu pengusaha pengemplang pajak yang nilainya lebih seratus triliun rupiah, dan meluruskan etika berbisnis di negeri ini. Untuk kepentingan publik, dia tak mau didikte para pemangku kepentingan politik.
Sejumlah elit politik yang berkolaborasi dengan pebisnis gerah dengan langkah Sri Mulyani. Jangan ditanya jika si elite politik itu adalah juga seorang pebisnis, tentu lebih jengkel lagi. Dimotori Partai Golkar yang dipimpin Aburizal Bakrie, pemilik gurita bisnis Grup Bakrie, sejumlah politisi di Dewan Perwakilan Rakyat menggulirkan perkara Bank Century pada 2009.
Mereka menuding kebijakan Menteri Keuangan Sri Mulyani mengucurkan dana talangan Rp 6,7 triliun untuk menyelamatkan Bank Century telah merugikan negara. Sri Mulyani selaku Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan yang mengambil keputusan itu pada November 2008 berdasarkan rekomendasi Gubernur BI, Boediono yang kini Wakil Presiden.
Sebenarnya, begitu kasus ini dimunculkan di DPR, sudah terbaca bahwa targetnya adalah Sri Mulyani. Selama kasus ini berjalan, terlihat betul persoalan Century ditimpakan pada diri Sri Mulyani seorang. "Apakah pejabat publik yang tugasnya membuat kebijakan publik, pada saat sudah mengikuti rambu-rambu, dia masih bisa di-victimize oleh sebuah proses politik?" kata Sri Mulyani suatu waktu.
Tak perlu bicara soal hukum, sebab hingga kini perkara ini tak pernah diusut. Ketika Sri Mulyani lebih memilih pinangan Bank Dunia daripada mempertahankan posisinya sebagai Menteri Keuangan, kasus ini pun menjadi senyap.
Tetapi, Sri Mulyani tak menganggap langkahnya itu sebagai kekalahan. "Justru saya menang," kata dia. "Selama saya tak mengkhianati kebenaran, selama saya tak mengingkari nurani saya, dan selama saya masih bisa menjaga martabat dan harga diri saya, maka di situ saya menang."
Sikap seperti itulah yang kemudian menempatkannya menjadi ikon etika publik di situs itu. "Mudah-mudahan situs ini bisa menjadi tempat pendidikan politik yang baik, bagaimana etika publik yang baik," kata Ikrar Nusa Bhakti.
Bahkan menurut dia, Sri Mulyani punya kapasitas dan kapabilitas menjadi Presiden RI 2014. "Sejak pertama bertemu di Salemba, saya sudah membatin, one day, Sri Mulyani will become my leader," katanya. "Langkah-langkah Sri Mulyani dalam menggalang reformasi cukup mengambil peran, sehingga pantas sebagai Presiden RI mendatang."
Untuk menuju RI-1 pada 2014, menurut pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, melihat Sri Mulyani akan muncul sebagai calon Presiden pada 2014. Pendapat hampir sama juga disampaikan pengamat politik Soegeng Sarjadi Syndicate, Sukardi Rinakit.
Kendati tak punya kendaraan politik, mereka memperkirakan, bila popularitas Sri Mulyani terus meningkat, kendaraan politik akan mudah didapatkan. Menurut Burhanuddin, jika Sri Mulyani hendak mencalonkan diri pada 2014, dia harus segera pulang.
"Ill be back." Begitu bunyi salah satu kalimat di situs itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
THE FILTER Copyright © 2012 THE FILTER is Designed by AHMAD ILMAN Home | RSS Feed | Comment RSS